Latar Belakang
Pada
awalnya, NDP adalah kertas kerja pengurus Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) periode 1966-1969 yang disusun oleh Nurcholish Madjid (Cak Nur).
Saat itu, ia sedang menjabat Ketua Umum PB-HMI. Pembuatan konsep NDP
ini, dikarenakan Cak Nur – panggilan akrabnya – merasa iri dengan kaum
muda Marx yang mempunyai buku saku Marxisme. NDP diilhami juga oleh
perjalanan Cak Nur ke luar negeri (atas undangan pemerintah Amerika
Serikat). Cak Nur melihat, di kalangan mahasiswa Amerika Serikat sedang
bangkit gerakan New Left. Selama di luar negeri itulah (selain
AS, dia juga mengunjungi beberapa negara Timur Tengah), ia melihat dan
mempelajari gerakan kemahasiswaannya.
Pada
mulanya NDP dimaksudkan sebagai buku saku kader sekaligus sebagai
ideologi HMI. Draft NDP, kemudian dipresentasikan di forum kongres IX di
malang Jawa Timur tahun 1969. diakui Cak Nur, bahwa
pembuatan kertas kerja terburu-buru. Kongres itu menghasilkan keputusan
bahwa kertas kerja itu harus disempurnakan. Maka ditunjuklah tiga orang
untuk menyusunnya. Mereka adalah Nurcholish Madjid, Endang Saefudin
Anshari. (Alm) dan Syakib Mahmud.
Kongres
selanjutnya di Palembang Sumatera Selatan tahun 1971, NDP disahkan
sebagai simplesitas ajaran Islam versi HMI atau style pemahaman kader
HMI terhadap ajaran Islam. NDP memuat tujuh tema pokok, yaitu: 1]
Dasar-dasar Kepercayaan; 2] Pengertian-pengertian Dasar tentang
Kemanusiaan; 3] Keharusan Universal (takdir) dan Kebebasan Berusaha
(ikhtiar); 4] Ketuhanan yang Mahaesa dan Perikemanusiaan; 5] Individu
dan Masyarakat; 6] Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, dan 7]
Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan.
Pertama
kali dirumuskan NDP bernama Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Seiring
dengan perjalanan waktu dan pemaksaan struktural dari rezim Orde Baru,
maka NDP berubah menjadi Nilai Identitas Kader (NIK) – tanpa mengubah
substansinya – pada kongres XVI di Padang Sumatera Barat tahun 1986
sebagai implikasi dari perubahan azas dalam anggaran dasar/Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) HMI. Secara implisit perubahan nama NDP ke NIK dan
penggantian azas organisasi dari Islam menjadi pancasila adalah adanya
reorientasi gerakan HMI dari ideologis ke intelektualis (dari
Struktural-formalistik ke substansial kultural). Meskipun, kemudian
setelah bergulirnya reformasi dan runtuhnya rezim orde baru diubah
kembali menjadi NDP.
Dengan frame di atas, NDP diharapkan menjadi pertama, substansi spirit ajaran Islam Khas HMI. Kedua,
komposisi dan formulasi ideal dan utuh dari makna iman, ilmu dan amal.
Karena itu NDP dapat dipahami sebagai sarana pokok dan utama untuk
mewujudkan kemanusiaan dan kemasyarakatan universal. Ketiga,
NDP adalah paham sekaligus keyakinan berpikir HMI yang dapat menjadi
landasan dan energi utama anggota HMI dalam mewujudkan misinya. Keempat, NDP adalah landasan etis dan normatif setiap kader HMI untuk mencapai tujuannya.
Landasan filosofis
Sebagai sebuah ideologi, NDP harus senantiasa dikritisi untuk mendapatkan sebuah pandangan dunia (world-view) yang lebih kokoh dan dinamis. Dari ideologi-lah perilaku
penganut muncul sebagai bentuk elaborasinya. Sebagai nilai dari etos
yang ada dan berkembang, ideologi sangat dipengaruhi oleh setting sosial
yang berkembang. Selama hampir 30 tahun, materi NDP tidak mengalami
perubahan padahal perkembangan paradigma berpikir terjadi sangat pesat.
Artinya, konsep yang telah ada harus dikaji ulang dengan paradigma yang
berkembang. Pada tataran filosofis, objektivitas adalah acuan yang harus
dikedepankan. Sehingga, ketika konsep tadi irrelevan dengan perkembangan pemikiran yang ada, maka mesti ada inisiatif untuk merekonstruksinya.
Landasan Teologis
Tidak
ada sesuatupun di dunia yang harus dianggap sakral dan final. Sebab
pada tataran sosiologis, ruang manusia adalah frame epistemologi.
Mengkritisi dan melengkapi sesuatu adalah hal yang normal dan alami
selama untuk kebaikan dan menuju kebenaran universal. NDP bukanlah revealed religion yang mengandung kebenaran mutlak dan absolut. Minderisme dalam konteks pengembangan peradaban manusia harus dihilangkan. Hal ini akan mengakibatkan pengkultusan, truth claim, dan justifikasi yang krusial.
NDP
adalah hasil ijtihad sekelompok orang. Refleksi terhadap doktrin adalah
sah dan tidak dilarang, selama tidak melanggar kaidah-kaidah yang ada.
Sama halnya dengan dengan adanya kewajiban-kewajiban bagi setiap orang
untuk memperbaiki interpretasi tersebut, selama ia mampu. Itu penting
dilakukan untuk menghindarei sakralisasi NDP sekaligus untuk membuktikan
bahwa doktrin Islam senantiasa aktual dan relevan menjawab tantangan
zaman.
Landasan Konstitusional
Sebagai
organisasi yang mengatasnamakan intelektual (pasal 5 Anggaran Dasar
HMI) dan kaderisasi ( pasal 9 Anggaran Dasar HMI), HMI mesti senantiasa
bergerak sesuai dengan strenght yang dituntut. AD/ART tidak mengharamkan perubahan
apapun di dalam organisasi. Tetapi justru mendorong untuk senantiasa
kreatif dan dinamis menemukan kebaikan dan kebenaran universal (pasal 6
Anggaran Dasar HMI).
Landasan Material
Materi NDP Cenderung Sulit dipahami, disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain :
1. Materi
memang sulit dipahami. Adalah hal wajar bila kemudian tidak sembarang
orang yang dapat memahaminya. Bila demikian, terjadi kesenjangan antara
konseptor dengan kader yang lain, sehingga terkesan sakral dan baku.
2. Dikerjakan oleh sebuah team, sehingga terjadi penumpukan ide dan gaya bahasa dari masing masing personal.
3. Banyak
kata, kalimat dan paragraf yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan kata, kalimat dan paragraf lain. Sistematika pembahasan menjadi
tidak jelas. Akibatnya kader dengan latar belakang intelektualnya,
cenderung melakukan interpretasi-interprtasi yang sangat mungkin
melahirkan pandangan berbeda.
4. Banyak kata, kalimat, dan paragraf yang tidak efektif secara tematis kebahasaan.
Langkah-langkah Rekonstruksi
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, langkah langkah rekonstruksi yang mungkin dilakukan adalah :
1. Membiarkan kata, kalimat, dan paragraf dan tema yang telah ada
2. Mengubah susunan kata, kalimat, paragraf dan tema yang telah ada
3. Mengurangi, menyingkat, memotong, membuang kata, kalimat, paragraf dan tema yang telah ada.
4. Menambah kata, kalimat, paragraf dan tema.
5. Mengoreksi beberapa konsep yang telah ada sesuai dengan paradigma berpikir yang berkembang.
Urgensi Rekonstruksi
Seperti
telah dikemukakan di atas bahwa pada tataran sosiologis tidak ada
satupun sesuatu yang final, baku dan sakral. Rekonstruksi bukanlah untuk
kepentingan pragmatisme-hedonistik. Namun lebih untuk menyentuh
sisi-sisi yang sangat etis dan normatif. Artinya pengembangan pola pemikiran yang marketable dan aplicable
adalah satu keharusan yang tidak bisa di tunda. Usaha rekonstruksi
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa Islam adalah bukti
nyata kepedulian dan komitmen kader HMI terhadap apa yang dicitakan
oleh HMI sendiri. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mencoba
memperbaharui doktrin organisasi yang telah bertahan sekitar tiga puluh
tahun.
Beberapa kekurang NDP awal adalah:
Tema
Pertama,
tema alam semesta tidak tereksplorasi secara komprehensif. Ia ada dan
disatukan dalam bab I tentang Dasar-dasar Kepercayaan. Sehingga tidak
utuh dan tidak otonom. Padahal alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang
otonom. Selain itu juga alam adalah wujud di luar manusia dan Tuhan.
Maka pembahasan alam semesta mesti tersendiri sebagai sesuatu yang mesti
dipahami oleh kader HMI secara integral.
Kedua,
tema eskatologis yang merupakan satu paket konsistensi dengan
eksistensi Tuhan tidak terbahas secara luas dan mendalam. Di dalam bab I
(Dasar-dasar Kepercayaan), tidak dijelaskan dengan alasan yang logis
dan rasional. Artinya terjadi emaskulasi kesatuan doktrin Islam. Tawaran grand tema eskatologis bisa tersendiri ataupun tercakup di bab pertama.
Ketiga,
tema kebudayaan dan peradaban belum terbahas secara maksimal. Mestinya
masalah ini tercantum baik secara eksplisit ataupun implisit. Karena
masalah in menyangkut seluruh aktifitas, kreatifitas dan dinamika hidup
manusia berdasarkan mitos ataupun ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Keutuhan Paradigma Pembahasan
Pertama,
adanya kekacauan paradigma yang digunakan, seperti antara pendekatan
filosofis dengan sosiologis. Ini terjadi di dalam bab pertama sehingga
mengaburkan tema dan pembahasan.
Kedua,
kekurang lengkapan dan kurang sistematisnya pembahasan satu grand tema.
Alurnya cenderung loncat-loncat dan dipaksakan seperti di dalam bab I
(Dasar-dasar Kepercayaan) dan bab V (Individu dan Masyarakat). Hal ini
juga terjadi dalam Bab II yang membahas Pengertian-pengertian Dasar
tentang Kemanusiaan. Selain itu ada pembahasan yang tidak jelas dari
segi tema yang di sodorkan seperti tercantum dalam bab VI (keadilan
Sosial dan Keadilan Ekonomi), Bab III (Keharusan Universal dan Kebebasan
Berusaha), bab IV (Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan).
Sedangkan pada bab VII (Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan) terkesan
sebagai bab terpisah, karena sangat tidak jelas hubungannya.
Dengan pertimbangan di muka, maka bab-bab NDP yang kami susun adalah sebagai berikut :
Prolog NDP :
a. Pengertian dan urgensi NDP bagi Kader HMI
b. Sejarah perumusan NDP.
c. Substansi NDP.
Bab I Dasar-dasar Kepercayaan
Bab II Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan
Bab III Kemanusiaan dan Prinsip-prinsip Dinamika Alam Semesta
Bab IV Keharusan Universal (Takdir) dan Kebebasan Berusaha (Ikhtiar)
Bab V Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan
Bab VI Individu dan Masyarakat
Bab VII Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
Bab VIII Kemanusiaan dan Peradaban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar